Menggugah Naluri, Memupuk Mental menjadi Penulis Sejati
Pertemuan
ke 9
Pukul
: 13.00 wib
Nara
sumber : Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr.
Tema
: Mental dan Naluri Penulis
Moderator
: Aam Nyrhasanah
Gelombang
ke 18
Assalamualaikum wr.wb.
Hari jumat, 23 April 2021, Pukul 13.00 seperti biasa
kelas pelatihan menulis pun di buka, kali ini kelas dipandu oleh penulis muda
yang selalu menginspirasi kita semua, siapa dia tentu sudah tidak asing lagi.
Ya inilah dia ibu Aam Nurhasanah, S.Pd. selaku moderator pada pertemuan kita
kali ini..
Seperti biasa bu Aam menyapa para peserta dengan
semangatnya dan menguntaikan kata bijak “Tak kenal maka tak sayang. Tak sayang maka
tak cinta. Tak cinta maka tak tahu. Mari simak profilnya sebentar”.
Meski hari ini sudah bisa dipastikan banyak sekali
kegiatan diluar pelatihan ini semoga materi pertemuan kali ini dapat berjalan
dengan baik. Untuk itu mari kita mulai pertemuan kali ini dengan tema “MENTAL DAN NALURI PENULIS” yang akan di sajikan oleh pemateri muda, Ditta
Widya Utami, S.Pd., Gr. Tema ini di ambil dari pengalam bu Ditta selama
perjalanannya menulis.
Dari temanya saja saya yakin semua peserta tersentuh
hatinya. Ini yang paling dasar yang dibutuhkan oleh seorang penulis, apalagi
pemula seperti saya.
Nah mari kita simak pemaparan bu Ditta terkait tema
pertemuan kesembilan ini.
Apakah ada hubungannya antara teknik menulis dan
mental seorang penulis? Tentu saja sangat berhubungan, bahkan antara teknik dan
mental adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Jika diibaratkan antara teknik
dan mental adalah seperti jiwa dan raga. Keduanya harus ada agar penulis dan
tulisannya bisa "hidup".
Teknik menulis ini mencakup kemampuan seseorang
dalam menulis. Mulai dari pemilihan kosa kata, kemampuan membuat outline,
pemahaman mengenai gagasan utama, berbagai jenis tulisan, serta pengetahuan
lain yang bersifat teknis. Sedangkan mental penulis merujuk pada kondisi
psikologis atau batin si penulis itu sendiri.
Berdasarkan teknik dan mental penulis, dapat dilihat
ada 4 tipe penulis, antara lain:
1. Dying
writer /penulis yang sekarat
kategori
ini adalah mereka yang lemah secara teknik pun lemah mentalnya sebagai seorang
penulis. Seperti pepatah mengatakan “hidup segan mati tak mau”. Kategori ini
biasanya peserta pelatihan tapi tidak berkarya hal ini bisa jadi karena mereka lemah
teknik, tidak tahu bagaimana harus menulis, mendapatkan ide, dsb, tapi bukan
karena tidak mampu, hanya harus ada dorongan kuat untuk bisa berkarya.
2. Dead
man
Penulis
tipe ini ada yang tulisannya tidak diketahui keberadaannya. Terkubur di folder
laptop. Terbungkus lembaran diary. Atau notes yang ada di hp. Belum terpublish.
Penulis
tipe ini bukan berarti tidak memiliki teknik menulis. Karena pada dasarnya teknik
ada (sudah mampu menulis), hanya mentalnya masih lemah (malu, takut dikritik
dsb) sehingga tidak berani mempublish tulisan. Belum berani membuat buku atau
artikel. Padahal ilmu tentang kepenulisannya sudah mumpuni.
3. Sick
people
Penulis
tipe ini adalah mereka yang masih lemah teknik menulisnya namun sudah cukup
memiliki mental seorang penulis sehingga sudah berani mempublish tulisannya. Kelemahannya
seperti typo, penggunaan kata yang sama berulang kali, paragraf yang terlalu
panjang, dsb.
Obat
bagi tipe ini tentu saja harus terus menulis. Tingkatkan jam terbang dalam
menulis. Insya Allah dengan sendirinya akan sembuh. Karena semakin banyak
menulis, semakin banyak review, semakin banyak baca, sehingga bisa meminimalkan
kesalahan dalam menulis.
4. Alive
Yang terakhir ini adalah tipe penulis terbaik, yaitu penulis yang tulisannya hidup dan senantiasa berkarya seperti jantung yang terus berdetak saat pemiliknya bernyawa. Tipe ini dapat juga dikatakan "ahli" menulis (kuat teknik) serta kuat mentalnya. Menulis bagi tipe ini seperti kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Tipe Alive termasuk kategori pembelajar sejati. Selalu berproses. Mampu hadapi tantangan menulis (meski puasa tetep nulis, walau sibuk menyempatkan nulis, dsb)
Masuk tipe mana kita, apakah kita bisa menjadi
alive? Tentu saja bisa, caranya terus aktif menulis dan pupuk mental kita
sebagai penulis.
“Teknik menulis akan membaik jika kita sering
berlatih menulis. Mental penulis akan terbentuk ketika kita terus melatih diri
mempublikasikan tulisan kita untuk dibaca oleh orang lain. Jika mau jadi
penulis hebat, kita harus mau meningkatkan teknik dan mental menulis kita.”
Kata mutiara yang disampaikan bu Ditta ini betul-betul dapat memotifasi kita
untuk menjadi penulis tipe alive. Yok kita mulai dari sekarang lebih fokus lagi
belajar teknik menulis dengan meluangkan waktu tuk meulis paling sedikit satu
hari satu karya tulisan dalam bentuk apapun dan menyiapkan mental kita tuk jadi
penulis hebat dengan mempublish tulisan kita.
Penulis
sejati berangkat dari keresahannya. Membuatnya berbuat melalui
"tulisan". Ia mengubah dunia dengan tulisan. Mengubah orang-orang
melalui goresan tintanya.
Untuk itu kenali diri kita dan lingkungan kita, lalu
buatlah tulisan. Maka karya karya yang kita hasilkan akan mengasah naluri
penulis dalam diri kita.
Demikian pemaparan dari bu Ditta yang luar biasa
menggugah naluri kita tuk aktif menulis.
Wasalamualaikum Wr.Wb.
Toooop binggoooo👍👍👍
BalasHapusMakasih bu mae
HapusBagus Bu ... Gambar pada 4 tipe penulis kok kelihatan kecil ya..
BalasHapusIya. Di pengaturan gambar coba pilih ukuran besar atau sangat besar saja Bu.
HapusBy the way, terima kasih sudah berkenan membuat resume yg baik 😊👍🏻
Terima kasih bu Ditta, kalo di laptop ukurannya besar pas sy copy ke blog jadi kecil, belum tahu cara memperbesarnya masih harus banyak belajar 🙏🙏🙏
BalasHapusTerima kasih juga buat bu sitichotibws yang setia berkunjung. Iya bu masih gaptek nih
BalasHapusLuar biasa. Semoga kelak menjadi buku yang bermutu
BalasHapusTerima kasih OmJay untuk semangat dan bimbingannya. semoga dapat mengikuti jejak OmJay
BalasHapus